LEMBAR KERJA PRAKTIKUM V
PESTISIDA
DAN APLIKASINYA
NAMA : SAIPUL ABBAS
NIM :
G11109291
KELOMPOK :
III (TIGA)
ASISTEN :
M. IHWAN
JUDUL KEGIATAN :
FUMIGAN
LATAR BELAKANG
Sebagian besar penduduk dunia saat ini mengkonsumsi beras
sebagai bahan pangan utama, yaitu sebagai bahan penghasil tenaga (karbohidrat).
Gabah dari sawah kemudian diolah di penggilingan padi (rice mill) muncullah
beras untuk siap dimasak menjadi nasi. Sitophilus sp. adalah
merupakan hama yang paling banyak menyerang beras dalam simpanan, bahkan beras
dalam kemasan pun setelah kita beli dari supermarket misalnya sering kita lihat
ada beberapa ekor sejenis kutu. Kutu tersebut berwarna coklat kehitaman, bila
kita pegang maka dia berpura-pura mati tapi setelah dibiarkan sesaat maka kutu
tersebut aktif bergerak lagi, tidak menyukai area terang dan selalu mencari
area yang gelap atau lebih gelap untuk berlindung.
Metil Bromida (MB) merupakan
fumigan yang digunakan untuk membantu mengendalikan hama dalam skala luas,
diantaranya Kumbang beras (Sitophylus oryzae). Penggunaan MB sangat
penting pada komoditas yang berharga tinggi seperti strawberry dan tomat, namun
sedikit penggunaanya bagi biji-bijian dan komoditas perdagangan. MB merupakan
pestisida yang mudah berubah efektif mngendalikan hama dengan skala
luas. Hal ini karena selain mudah penggunaannya dan mampu melekat masuk ke
dalam tanah, komoditas dan bangunan, hingga kepada hama-hama yang sulit
ditangani. Sebagian besar hama dikendalikan secara efektif pada konsentrasi
yang sedang, namun cepat tidaknya sangat relatif.
Selain itu, MB dapat
mengubah warna dan bau dari beberapa komoditas, dapat menghasilkan residu ion
bromida- hal ini akan berakibat pada penumpukan di makanan atau air, dan pada
skala tinggi sangat beracun bagi manusia, memerlukan penanganan
khusus dan peralatan. Aplikasi MB sebagai fumigan untuk produk-produk di
penyimpanan seperti biji-bijian, buah-buahan kering untuk mengendalikan hama yang
dapat mempertahankan penyimpanan produksi dalam jangka waktu yang lama.
Kutu mengacu pada berbagai artropoda berukuran kecil hingga sangat kecil. Nama ini dipakai untuk sejumlah krustasea air kecil (seperti kutu air), serangga (seperti kutu daun). Semua disebut "kutu"
karena ukurannya yang kecil. Dalam arti lebih sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, kutu yang melompat (ordo Siphonaptera) dan kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yang semuanya
adalah parasit).
Kumbang beras (atau lebih dikenal sebagai kutu beras)
adalah nama umum bagi sekelompok serangga kecil anggota marga Tenebrio dan Tribolium (ordo Coleoptera) yang dikenal
gemar menghuni biji-bijian/serealia yang disimpan. Kumbang beras adalah hama gudang yang sangat
merugikan dan sulit dikendalikan bila telah menyerang dan tidak hanya menyerang
gabah/beras tetapi juga bulir jagung, berbagai jenis gandum, jewawut, sorgum, serta biji kacang-kacangan.
Larvanya bersarang di
dalam bulir/biji, sedangkan imagonya memakan tepung
yang ada. Tenebrio molitor lebih dikenal
sebagai ulat hongkong, yang larvanya biasa dijadikan pakan burung peliharaan. T. obscurus juga kerabat T. molitor yang menjadi hama gudang. Tribolium castaneum adalah serangga model yang biasa dipakai untuk penelitian genetika sekaligus hama. Kerabatnya yang lebih gelap, Tribolium confusum, lebih umum
dikenal dan luas tersebar. Tribolium destructorberwarna hitam
kelam dan hanya dijumpai di Eropa, Amerika, dan Afrika.
Kadar
air ideal beras dalam impanan adalah Fumigasi dilakukan pada tumpukan
beras/staple dengan menggunakan gas phosphin. Metil bromida yang cukup efektif
saat ini sudah tidah boleh digunakan lagi untuk komoditi pangan.Kontrol
atmosfer dapat menggunakan gas CO2 dan N2 dalam stapel yang
disungkup. Kemasan hampa hanya dapat dilakukan untuk skala kecil, bila
diaplikasikan pada skala besar maka biaya yang mungkin timbul akan tinggi
sekali Agar pengendalian kutu beras hasilnya maksimal maka harus
dikombinasikan dengan bebrapa cara pengendalian sekaligus.
Langkah Kerja
o
Tempat dan waktu
Praktikum pestisida
dan aplikasinya dalam percobaan “Fumigan” dilaksanakan pada hari Selasa, 04
Oktober 2011 di Laboratorium Hama Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada pukul 15.30
WITA.
o
Metode
Pengujian larutan pestisida insektisida DursbanTM
200 EC dengan bahan aktif Kloropilotos terhadap kumbang karat (kumbang
beras) dengan 3 cara perlakuan, yaitu insektisida dengan konsentrasi 0,1%,
insektisida dengan konsentrasi 0,5%, dan kontrol (air). Yang ditempatkan pada
wadah yang kedap udara dengan disungkep tisu yang telah diberi ketiga perlakuan
tersebut.
Hasil
Adapun
hasil yang dapat diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, yaitu sebagai berikut
:
Data pengujian pestisida fumigan Dursban TM 200 EC terhadap
kumbang karat (Tribolium castaneum)
Dosis
|
Pengamatan
|
||
Hari 1 (24 jam)
|
Hari 2 (48 jam)
|
Hari 3 (74 jam)
|
|
0,1 %
|
9 ekor hidup
|
2 ekor hidup
|
Mati semua
|
0,5 %
|
2 ekor hidup
|
Mati semua
|
Mati semua
|
Kontrol
|
18 ekor hidup
|
18 ekor hidup
|
15 ekor hidup
|
Pembahasan
Berdasarkan hasil pemaparan
diatas, data yang dihasilkan berdasarkan
tiga perlakuan dosis konsentrasi yaitu 0,1 %, 0,5 %, dan kontrol (air), yang
menggunakan bahan aktif insektisida yang sama yaitu Dursban TM 200 EC terhadap
20 ekor kumbang karat (Tribolium
castaneum) yang diamati selama 3 hari 24 jam. Pada konsnetrasi 0,1 %
menghasilkan 9 ekor hidup pada hari pertama dengan pengamatan selam 24 jam, 2
ekor hidup pada hari kedua dengan pengamatan 2 hari, dan dinyatakan mati semua
pada hari ketiga. Pada konsentrasi 0,5 % menghasilkan 2 ekor hidup pada hari
pertama, dinyatakan mati semua pada hari kedua dan ketiga. Pada perlakukan
kontrol, menghasilkan 18 ekor yang hidup pada hari pertama dengan waktu 24 jam
dan hari kedua dengan waktu 48 jam, dan 15 ekor pada hari ketiga dengan waktu
74 jam.
Larva biasanya bersembunyi di dalam padi-padian dan
biji lainnya tempat ia menjadi kepompong. Tidak berkaki.Hama padi. Kutu yang
baru dewasa meninggalkan ciri berupa lubang darurat di dalam butir padi. Pada prinsipnya kerusakan komoditas
dalam penyimpanan dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu bahan yang
disimpan, gudang tempat penyimpanan, lingkungan sekitar gudang dan perlakuan
untuk mempertahankan kualitas beras serta interaksi antara keempat faktor
tersebut. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah : kebersihan dan
ketaraturan lingkungan penyimpanan, kelembaban ruangan (RH), kadar air dalam
komoditi. Gudang yang kotor banyak lekukan atau sampah dapat dijadikan tempat
bersembunyinya kutu beras Sitophilus
sp.. Semakin lembab ruang penyimpanan semakin gampang terkena serangan kutu
beras. Semakin tinggi kadar air semakin mudah terserang kutu beras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar