Profil

Minggu, 11 Desember 2011

LAPORAN FUMIGAN


LEMBAR KERJA PRAKTIKUM V
PESTISIDA DAN APLIKASINYA

NAMA                            : SAIPUL ABBAS
NIM                                : G11109291
KELOMPOK                 : III (TIGA)
ASISTEN                       : M. IHWAN
JUDUL KEGIATAN      : FUMIGAN

LATAR BELAKANG
Sebagian besar penduduk dunia saat ini mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan utama, yaitu sebagai bahan penghasil tenaga (karbohidrat). Gabah dari sawah kemudian diolah di penggilingan padi (rice mill) muncullah beras untuk siap dimasak menjadi nasi. Sitophilus sp. adalah merupakan hama yang paling banyak menyerang beras dalam simpanan, bahkan beras dalam kemasan pun setelah kita beli dari supermarket misalnya sering kita lihat ada beberapa ekor sejenis kutu. Kutu tersebut berwarna coklat kehitaman, bila kita pegang maka dia berpura-pura mati tapi setelah dibiarkan sesaat maka kutu tersebut aktif bergerak lagi, tidak menyukai area terang dan selalu mencari area yang gelap atau lebih gelap untuk berlindung.
Metil Bromida (MB) merupakan fumigan yang digunakan untuk membantu mengendalikan hama dalam skala luas, diantaranya Kumbang beras (Sitophylus oryzae). Penggunaan MB sangat penting pada komoditas yang berharga tinggi seperti strawberry dan tomat, namun sedikit penggunaanya bagi biji-bijian dan komoditas perdagangan. MB merupakan pestisida yang mudah berubah efektif mngendalikan hama dengan skala luas. Hal ini karena selain mudah penggunaannya dan mampu melekat masuk ke dalam tanah, komoditas dan bangunan, hingga kepada hama-hama yang sulit ditangani. Sebagian besar hama dikendalikan secara efektif pada konsentrasi yang sedang, namun cepat tidaknya sangat relatif.
Selain itu, MB dapat mengubah warna dan bau dari beberapa komoditas, dapat menghasilkan residu ion bromida- hal ini akan berakibat pada penumpukan di makanan atau air, dan pada skala tinggi sangat beracun bagi manusia, memerlukan penanganan khusus dan peralatan. Aplikasi MB sebagai fumigan untuk produk-produk di penyimpanan seperti biji-bijian, buah-buahan kering untuk mengendalikan hama yang dapat mempertahankan penyimpanan produksi dalam jangka waktu yang lama.
Kutu mengacu pada berbagai artropoda berukuran kecil hingga sangat kecil. Nama ini dipakai untuk sejumlah krustasea air kecil (seperti kutu air), serangga (seperti kutu daun). Semua disebut "kutu" karena ukurannya yang kecil. Dalam arti lebih sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, kutu yang melompat (ordo Siphonaptera) dan kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yang semuanya adalah parasit).
Kumbang beras (atau lebih dikenal sebagai kutu beras) adalah nama umum bagi sekelompok serangga kecil anggota marga Tenebrio dan Tribolium (ordo Coleoptera) yang dikenal gemar menghuni biji-bijian/serealia yang disimpan. Kumbang beras adalah hama gudang yang sangat merugikan dan sulit dikendalikan bila telah menyerang dan tidak hanya menyerang gabah/beras tetapi juga bulir jagung, berbagai jenis gandum, jewawut, sorgum, serta biji kacang-kacangan.
Larvanya bersarang di dalam bulir/biji, sedangkan imagonya memakan tepung yang ada. Tenebrio molitor lebih dikenal sebagai ulat hongkong, yang larvanya biasa dijadikan pakan burung peliharaan. T. obscurus juga kerabat T. molitor yang menjadi hama gudang. Tribolium castaneum adalah serangga model yang biasa dipakai untuk penelitian genetika sekaligus hama. Kerabatnya yang lebih gelap, Tribolium confusum, lebih umum dikenal dan luas tersebar. Tribolium destructorberwarna hitam kelam dan hanya dijumpai di Eropa, Amerika, dan Afrika.
Kadar air ideal beras dalam impanan adalah Fumigasi dilakukan pada tumpukan beras/staple dengan menggunakan gas phosphin. Metil bromida yang cukup efektif saat ini sudah tidah boleh digunakan lagi untuk komoditi pangan.Kontrol atmosfer dapat menggunakan gas CO2 dan N2 dalam stapel yang disungkup. Kemasan hampa hanya dapat dilakukan untuk skala kecil, bila diaplikasikan pada skala besar maka biaya yang mungkin timbul akan tinggi sekali Agar pengendalian kutu beras hasilnya maksimal maka harus dikombinasikan dengan bebrapa cara pengendalian sekaligus.

Langkah Kerja
o   Tempat dan waktu
Praktikum pestisida dan aplikasinya dalam percobaan “Fumigan” dilaksanakan pada hari Selasa, 04 Oktober 2011 di Laboratorium Hama Tumbuhan  Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada pukul 15.30 WITA.

o   Metode
Pengujian larutan pestisida insektisida DursbanTM 200 EC dengan bahan aktif Kloropilotos terhadap kumbang karat (kumbang beras) dengan 3 cara perlakuan, yaitu insektisida dengan konsentrasi 0,1%, insektisida dengan konsentrasi 0,5%, dan kontrol (air). Yang ditempatkan pada wadah yang kedap udara dengan disungkep tisu yang telah diberi ketiga perlakuan tersebut.
Hasil
            Adapun hasil yang dapat diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, yaitu sebagai berikut :
Data pengujian pestisida fumigan Dursban TM 200 EC terhadap kumbang karat (Tribolium castaneum)
Dosis
Pengamatan
Hari 1 (24 jam)
Hari 2 (48 jam)
Hari 3 (74 jam)
0,1 %
9 ekor hidup
2 ekor hidup
Mati semua
0,5 %
2 ekor hidup
Mati semua
Mati semua
Kontrol
18 ekor hidup
18 ekor hidup
15 ekor hidup

Pembahasan
Berdasarkan hasil pemaparan diatas,  data yang dihasilkan berdasarkan tiga perlakuan dosis konsentrasi yaitu 0,1 %, 0,5 %, dan kontrol (air), yang menggunakan bahan aktif insektisida yang sama yaitu Dursban TM 200 EC terhadap 20 ekor kumbang karat (Tribolium castaneum) yang diamati selama 3 hari 24 jam. Pada konsnetrasi 0,1 % menghasilkan 9 ekor hidup pada hari pertama dengan pengamatan selam 24 jam, 2 ekor hidup pada hari kedua dengan pengamatan 2 hari, dan dinyatakan mati semua pada hari ketiga. Pada konsentrasi 0,5 % menghasilkan 2 ekor hidup pada hari pertama, dinyatakan mati semua pada hari kedua dan ketiga. Pada perlakukan kontrol, menghasilkan 18 ekor yang hidup pada hari pertama dengan waktu 24 jam dan hari kedua dengan waktu 48 jam, dan 15 ekor pada hari ketiga dengan waktu 74 jam.
Larva biasanya bersembunyi di dalam padi-padian dan biji lainnya tempat ia menjadi kepompong. Tidak berkaki.Hama padi. Kutu yang baru dewasa meninggalkan ciri berupa lubang darurat di dalam butir padi. Pada prinsipnya kerusakan komoditas dalam penyimpanan dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu bahan yang disimpan, gudang tempat penyimpanan, lingkungan sekitar gudang dan perlakuan untuk mempertahankan kualitas beras serta interaksi antara keempat faktor tersebut. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah : kebersihan dan ketaraturan lingkungan penyimpanan, kelembaban ruangan (RH), kadar air dalam komoditi. Gudang yang kotor banyak lekukan atau sampah dapat dijadikan tempat bersembunyinya kutu beras Sitophilus sp.. Semakin lembab ruang penyimpanan semakin gampang terkena serangan kutu beras. Semakin tinggi kadar air semakin mudah terserang kutu beras.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar