Profil

Selasa, 28 Februari 2012

LAPORAN PUPUK DAN PEMUPUKAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
PUPUK DAN PEMUPUKAN
(222G0103)

NAMA                 : SAIPUL ABBAS
NIM                     : G 111 09 291
KELOMPOK      : 11 (SEBELAS)


JURUSAN ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA                       :           SAIPUL ABBAS
STAMBUK               :           G 111 09 291
KELOMPOK            :           11 (SEBELAS)

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melulusi praktikum mata kuliah
Pupuk dan Pemupukan
(222G0103 )

PADA
JURUSAN ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Mengetahui :
……………………..                                                              ………………………
Koordinator Asisten                                                             Asisten Pembimbing

Tanggal pengesahan : .... Desember 2011
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Kegunaan
II. Tinjauan Pustaka
      A. Tanah Alfisol
      B. Pupuk dan Pemupukan
a)      Jenis dan sifat pupuk
b)     Aplikasi pemupukan
c)      Tanaman jagung
III. Metodologi Praktikum
A.    Waktu dan tempat
B.     Alat dan bahan
C.    Metode praktikum
D.    Parameter pengamatan
1.      Pertumbuhan tanaman
a)      Tinggi tanaman
b)     Jumlah daun
c)      Berat segar
2.      Gejala fisiologi tanaman
IV. Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil pengukuran tiap minggu
B.     Grafik
a)      Grafik tinggi tanaman
b)     Grafik jumlah daun
C.    Hasil penimbangan berat segar
D.    Pembahasan
V. Kesimpulan dan Saran
A.    Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA




 I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tanah merupakan suatu sistem yang ada dalam suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungannya (lingkungan hidup atau lingkungan lainnya). Tanah tersusun atas 5 komponen yaitu (Sutedjo,1988) :
a.       Partikel mineral, berupa fraksi anorganik, hasil perombakan bahan-bahan batuan dan anorganik yang terdapat di permukaan bumi;
b.      Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan binatang dan berbagai hasil kotoran binatang;
c.       Air;
d.      Udara tanah, dan
e.       Kehidupan jasad renik
Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup, dalam bentuk tersedia serta seimbang untuk menjamin pertumbuhan tanah yang maksimum. Komponen penting kesuburan tanah adalah unsur hara esensial yang dapat diserap tanaman yang digunakan untuk berbagai proses pertumbuhannya. Tanah yang subur yaitu tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat  dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH sekitar 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatasan-pembatasan tanah untuk pertumbuhan tanaman (Pairunan, 1997).
Pemupukan adalah penambahan pupuk ke dalam tanah agar tanah menjadi lebih subur. Pemupukan dalam arti luas adalah penambahan bahan-bahan yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. Contoh penambahan pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, pengapuran dan sebagainya. Dalam ilmu memupuk bertujuan untuk menyelidiki tentang zat-zat apakah yang perlu diberikan kepada tanah sehubugan dengan kekurangan zat-zat tersebut yang terkandung di dalam tanah yang perlu guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam rangka produksinya agar tercapai hasil yang timggi (Sutejo,2002).
 Tujuan pemupukan adalah untuk memperbaiki kesuburan tanah, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, mencukupkan handungan zat-zat mineralnya, menambah kandungan bahan-bahan organik. Pemupukan dilakukan apabila tanah mengalami kemunduran artinya berkurang kesuburannya akibat p[enghanyutan hara oleh erosi, pencucian hara , dan terangkut pada saat panen (Kartasapoetra, 1985).
Nitrogen dibutuhkan tanaman selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Tanaman menghendaki tersedianya nitrogen secara terus menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji. Bila kekurangan N tanaman akan menjadi kerdil dan daun akan menjadi sempit. Tanaman membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut, khususnya saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfot akan terlihat sebelum tanaman setinggi lutut. Kalium diambil tanaman sejak tanaman setinggi lutut sampai selesai pembungaan. Pada tanah yang kaya akan kalium, pemupukan dengan kalium ini dapat ditiadakan. Kekurangan magnesium akibatnya adalah klorosis, gejala-gejalanya akan tampak pada permukaan daun sebelah bawah. Kekurangan Ca akan mengakibatkan pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar akan terhambat sedangkan bagian-bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna cokelat kemerah-merahan. Kekurangan Ca pada tanaman gejalanya pada pucuk.
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Di Daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok.Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya.


B.     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya praktikum pupuk dan pemupukan ini adalah untuk mengetahuui apa pengaruh pemberian pupuk kimia (pupuk Urea, TSP, KCL) dan pupuk organik (jerami dan gamal) dan perbandingan antara kedua jenis pupuk tersebut terhadap pertumbuhan tanaman jagung serta pengaruh berbagai kombinasi antara pupuk tunggal seperti pupuk N, P, K, NP, NK, PK, dan NPK.
Adapun kegunaan praktikum pupuk dan pemupukan ini adalah memberikan pengetahuan kepada para mahasiswa tentang peranan unsur hara dalam tanah, gejala defisiensi dan toksisitas berbagai unsur hara terhadap pertumbuhan tanaman serta mengetahui dosis yang tepat dalam pemupukan.





















II. TINJAUAN PUSTAKA
     A. Tanah Alfisol
            Pada tanah Alfisol memilki kandungan P dan K sangat tergantung denagn umur dan macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan kapur tidak memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan bercak-bercak gloy, pH dan kejenuhan basa yang tingi serta kandungan P dan K yang rendah. Biasanya pada tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak dan mempunyai liat pada pod surfaces (Hakim, dkk, 1986).
Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll. Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang dalam profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat. Horison-horison dengan liat maksimum umumnya mengandung total P yang minimal yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P (Lopulisa, 2004).
Jenis tanah Alfisol memiliki lapisan solum tanah yang cukup tebal yaitu antara 90-200 cm, tetapi batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna tanah adalah coklat sampai merah. Tekstur agak bervariasi dari lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersusut. Kandungan unsure hara tanaman seperti N, P, K dan Ca umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat tinggi (Sarief, 1985).
Kapasitas Tukar Kation tanah adalah jumlah muatan negatif tanah baik yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) muatan koloid organik (humus) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Baha organik tanah. Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg+, K+, Na+, H+, Al3+ dan sebagainya.  Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah.  Banyaknya kation (dalam miliekuivalen) yang dapat diserap oleh tanah persatuan berat tanah (biasanya per 100 gram) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK).  Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat di dalam larutan tanah (Foth, 1991).
Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut.  Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah maupun untuk genesis tanah.  Beberapa pengukuran KTK tanah telah dilaksanakan dengan hasil yang berbeda-beda.  Hal ini disebabkan karena (Hardjowigeno, 1985):
1.  KTK bervariasi sesuai dengan pH.  Oleh karena itu dalam menentukan KTK di laboratorium harus dijelaskan pada pH berapa KTK tersebut ditentukan.  Beberapa tanah menunjukkan KTK rendah pada pH lapang (pH rendah) tetapi tinggi pada pH tinggi, misalnya pada pH 8,2.  Hal ini disebabkan karena perbedaan daya reaksi kation-kation dengan koloid tanah yang ada apakah kolid-koloid tersebut berupa mineral liat kristalin, hidroksida, senyawa amorf atau bahan organic.  Penentuan KTK pada pH 7 banyak dilakukan.
2.  Hasil analisis KTK dapat berbeda karena kation yang dipergunakan untuk mengganti kation-kation dalam koloid tanah (bahan pengekstrak) berbeda
Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horison B (Horison argilik) dibedakan menjadi Afisol (pelapukan belum lanjut) dan Ultisol (pelapukan lanjut).  Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-tempa dengan tingkat pelapukan sedang. Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit.  Proses pembentukan Alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik.  Alfisol terbentuk di bawah tegakan hutan berdaun lebar Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan.  Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, cadangan unsur hara tinggi (Hardjowigeno, 1993).
Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin.  Di daerah dingin hampir semuanya berasal dari bahan induk berkapur yang masih muda.  Di daerah basah bahan induk biasanya lebih tua daripada di daerah dingin (Munir, 1984).


B. Pupuk dan Pemupukan
a)      Jenis dan sifat pupuk
®    Nitrogen
Sumber unsur nitrogen sebenarnya cukup banyak terdapat di atmosfir, yaitu lebih kurang 79,2 persen dalam bentuk N2 bebas, namun demikian unsure N ini baru dapat digunakan oleh tanaman setelah mengalami perubahan kebentuk yang terikat yang kemudian dalam bentuk pupuk. Sumber utama dari Nitrogen berasal dari N2 atmosfir yang terikat. Untuk pembuatan pupuk adalah nitrogen dalam bentuk amoniak(Hasibuan,2006)
Ammonium Sulfat
Pupuk ammonium sulfat dikenal juga dengan nama ZA (Zwavelzure Amonium). Pupuk ZA yang diperdagangkan dalam bentuk kristal, umumnya berwarna putih, tapi ada juga yang berwarna abu-abu, biru kabuan dan kuning, tergantung kepada pembuatannya. ZA yang diperdagangkan mengandung 97 persen (NH4)2SO4 dan tidak mengandung sekitar 20.5% sampai 21% tapi dalam perhitungan biasanya dibuat 20%. Pupuk ini termasuk kedalam pupuk yang larut didalam air, dan didalam tanah terionisasi menjadi ion ammonium (NH4) dan ion-ion sulfat dengan rumus (SO42-).(Hasibuan,2007)
Ammonium Chlorida ( NH4CL)
Pupuk ammonium chlorida adalah pupuk berbentuk kristal berwarna putih. Pupuk ini mempunyai kadar N sebanyak 26%. Larut didalam air. Didalam tanah akan terionisasi menjadi ion NH4 dan Cl-. Seperti halnya dengan pupuk ZA, ion ammonium dapat langsung diserap tanaman dan sebagian akan dijerap oleh koloid tanah pada permukaan (Hasibuan,2006)
Ammonium Nitrat (NH4NO3)
Pupuk ammonium nitrat adalah pupuk yang dapat menyumbangkan dua jenis hara N dalam bentuk ammonium dan nitrat. Pupuk ini mempunyai kadar N sebanyak 33%, termasuk pupuk yang larut didalam air. Berntuk pupuk ialah padat dan kristalin dan berwarna putih, tidak higrokopis dan berkerja cepat (Hasibuan,2006)

Ammonium Sulfat Nitrat ( ASN)
Ammonium Sulfat Nitrat adalah pupuk yang diproduksi oleh Ruhr-sticstoff A.G.Jerman, merupakan garam rangkap dari ammonium sulfat dan ammonium nitrat. Pupuk ini diperdagangkan dalam bentuk kristal berwarna seperti kuning kemerah-merahan (Hasibuan,2006).
Urea CO(NH2)2
Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organic dari CO(NH2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). Pupuk ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna di dalam air, dan tidak mengasamkan tanah. Sifat urea lain yang tidak menguntungkan adalah sangat higrokopis dan mulai menarik air dari udara pada kelembaban nisbi 73 persen(Hasibuan,2006).
Pupuk Cyanamide
Pupuk cyanamide dan pupuk urea dikenal sebagai pupuk organic buatan. Contoh pupuk cyanamide ialah CaCN2 dibuat dengan memanasi kapur (lime) dengan kokas ( coke) (Hasibuan,2006).
Pupuk Kalsium Ammonium Nitrat
Pupuk ini meruoakan campuran dari ammonium nitrat dengan bubuk tanah liat (kapur mergel). Campuran ini dimaksudkan untuk meniadakan keburukan-keburukan ammonium nitrat. Kalsium ammonium nitrat mengandung 20,5% N dan 30-35% CaCO3. diperdagangkan dalam bentuk butiran-butiran kuning muda dan hijau (Hasibuan,2006).
Pupuk Natrium Nitrat (NaNO3)
Natrium nitrat juga dikenal dengan nama Chilisalpeter. Disebut dengan chilisalpeter karena pada awalnya pupuk ini merupakan produk alam, yang didapatkan dari endapan didalam tanah didaerah pantai utara chili, peru dan Bolivia dan dipantai barat Amerika Serikat. Sekarang pupuk NaNO3 telah dibuat secara sintetis melalui proses ammonia soda sejalan dengan cara pembuatan ammonium chlorida, yaitu dengan caraproses Solvay (Proses ammonia soda) dengan larutan garam (Hasibuan,2006).

®    Fosfor
Fosfor (P) dalam pupuk dinyatakan dalam bentuk oksidanya yaitu P2O5. Pupuk TSP mengandung P sebesar 44% P2O5. Untuk mengetahui kadar P (bukan P2O5) maka harus dikalikan dengan suatu bilangan konversi: 
Prosentase P       =  0.43 X prosentase P2O5  
            Prosentase P2O5  =  2.29 X prosentase P
Angka 0.43 berasal dari berat molekul P2O5 dibagi berat 2P. Berat atom P=31 dan O=16, sehingga 144:62 = 2.29 atau sebaliknya 62:144 = 0.43. Kadar yang ditunjukkan umumnya P yang larut dalam asam sitrat 2%; jadi bukan P yang larut air.
Enkel superfosfat [ES = Ca(H2PO4)2 + CaSO4]
Sejak zaman Belanda ES sudah populer digunakan sebagai pupuk P. Sering disebut single superphosphate. Pupuk ini dibuat dengan menggunakan bahan baku batuan fosfat (apatit) dan diasamkan dengan asam sulfat untuk mengubah P yang tidak tersedia menjadi tersedia untuk tanaman. Reaksi singkat pembuatan ES:
            Ca3(PO4)2 CaF + 7H2SO4 ¾¾> 3Ca(H2PO4) + 7CaSO4 + 2HF
Disamping mengandung dihodrofosfat juga mengandung gipsum. Kadar P2O5 = 18-24%, kapur (CaO) = 24-28% . Bentuk pupuk ini berupa tepung berwarna putih kelabu. Sedikit larut dalam air reaksi, fisiologis netral atau agak masam. Syarat yang harus dipenuhi kadar (F2O3 + Al2O3) kurang dari 3%. Apabila terlalu banyak mengandung kedua oksida tersebut  yang bersifat meracun tanaman, kedua oksida juga dapat bereaksi dengan fosfat menjadi tidak tersedia bagi tanaman (terjadi fiksasi P oleh Fe dan Al). Dalam penyimpanan sering mengalami kerusakan fisik tetapi tidak mengalami perubahan khimianya. Dalam pemakaiannya dianjurkan sebagai pupuk dasar yaitu pemupukan sebelum ada tanaman agar pada saat tanaman mulai tumbuh P sudah dapat diserap oleh akar tanaman.
Pupuk ES masih mengandung gips (CaSO4) cukup tinggi dan untuk beberbagai jenis tanah sering menyebabkan struktur tanah menjadi menggumpal seperti padas dan kedap terhadap air. Hal ini yang sering dianggap sifat merugikan dari pupuk ES.
Doubelsuperfosfat (DS)
Berbeda dengan ES, pupuk ini dianggap tidak mengandung gipsum, dalam pembuatannya digunakan asam fosfat yang berfungsi sebagai pengasam dan untuk meningkatkan kadar P. Garis besar reaksi pembuatannya sebagai berikut:
            (Ca3PO4)2CaF + 4H3PO4+ 3H20 ¾¾> 3Ca(H2PO4)2 + HF
Kadar P2O5 + 38%. Pupuk ini telah lama digunakan di Indone­sia baik oleh petani maupun di perkebunan besar. Sifatnya berupa tepung kasar berwarna putih kotor. Asam H3PO4 diperoleh dari:     Ca3 (PO4)3CaF + 3H2SO4  ¾¾> 2H3PO4 + CaSO4  + HF. Asam fosfat dipisahkan dari larutannya.
Pupuk ini berwarna abu-abu coklat muda; sebagian P larut air; reaksi fisiologis: sedikit asam. Bahaya meracun sulfat relatif kecil dan sulfidanya yang berasal dari reduksi sulfat juga rendah. Bekerjanya lambat dan kemungkinan pelin­dian juga rendah. Bila diberikan pada tanah yang bayak mengandung Fe3+ dan Al3+ bebas akan terjadi sematan P oleh kedua unsur tersebut. Karena lambat bekerjanya pupuk ini diberikan sebagai pupuk dasar.
 Tripel superfosfat (TSP)
Rumus kimianya Ca(H2PO4). Sifat umum pupuk Tripel superfosfat (TSP) sama dengan dengan pupuk DS. Kadar P2O5  pupuk ini sekitar 44-46% walaupun secara teoritis dapat mencapai 56 %. Pembuatan pupuk TSP dengan menggunakan sistem wet proses. Dalam proses ini batuan alam (rockphosphate) fluor apatit diasamkam dengan asam fosfat hasil proses sebelumnya (seperti pembuatan pupuk DS). Reaksi dasarnya sebagai berikut:
            Ca3(PO4)2CaF  +  H3PO4 ¾¾> Ca(H2PO4)2 + Ca(OH)2 + HF 
®    Kalium
Jenis pupuk yang khusus mengandung kalium relatif sedikit jumlahnya. Umumnya sudah dicampur dengan pupuk atau unsur lain menjadi pupuk majemuk. Se­hingga menjadi pupuk yang mengandung kalium, nitrogen dan atau fosfor (dua atau lebih hara tanaman). Kadar pupuk K dinyatakan sebagai % K2O.  Konversi kadar K2O menjadi K adalah sebagai berikut: 
        % K2O = 1.2 X % K, dan  % K  =  0.83 X % K2O

Muriate (KCl).
Dianggap pupuk yang kadar hara K nya tinggi. Nama muriate berasal dari asam murit adalah sama dengan asam khlorida. Kadar K2O teoritis dapat mencapai 60-62%; tetapi dalam kenya­taan pupuk muriate yang diperdagangkan hanya sekitar 50%. Bentuknya berupa butiran kecil-kecil atau berupa tepung dengan warna putih sampai kemerah-merahan. Dalam praktek lebih banyak digunakan jika dibandingkan dengan pupuk-pupuk K yang lain karena harganya relatif murah. Pupuk ini kurang disenangi karena kadar Cl nya yang tinggi terutama untuk pemupukan tanaman yang peka terhadap kualitas maupun produksi. Banyak digunakan untuk perkebunan karet dan tebu, tetapi sekarang sebagian beralih ke pupuk KNO3. Pemupu­kan KNO3 selain memupuk K juga berarti memupuk N. 
 Kalium sulfat (zwavelzuure kali = ZK)
Rumus kimia: K2SO4. Pupuk ini banyak digunakan baik untuk perkebunan maupun petani kecil. Harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan pupuk muriate. Kadar K2O sekitar 48-50%. relatif mengandung Cl sedikit lebih kurang hanya 2.5%. Pupuk ZK dapat dibuat dari garam komplek K2SO4.2MgSO4. Garam komplek ini dilarutkan dalam air kemudian diberi KCl  Reaksinya:
            K2SO4.2MgSO4 + KCl ¾¾> 3 K2SO4 + 2 MgCl2.
K2SO4 akan mengendap dan untuk memisahkannya maka MgCl2 didekantir. Pupuk ini sejak lama banyak digunakan di Indonesia. Untuk tanaman sera misalnya rami, sosella dan kapas pemupukan K mmengakibatkan kualiats seratnya lebih tinggi.  Atau dibuat dari garam KCl yang diasamkan dengan asam sulfat. Reaksinya sebagai berikut:
            2 KCl + H2SO4 ¾¾> K2SO4 + HCl
Reaksi pencampuran dilakukan dalam bejana besi panas yang selalu diaduk agar bercampur sempurna. Gas HCl yang keluar didinginkan dan dilarutkan dalam air.
 Kalium-magnesium sulfat
Rumus kimianya : K2SO4.2MgSO4. Kadar K2O berkisar antara 22-23% dan kadarMgO antara 18-129%. Dibuat dari garam komplek K2SO4. 2MgSO4. Seperti pupuk ZK kadar Cl rendah ialah kurang dari 3%. Kadar S= 18%. Perke­bunan di sekitar Sumatra Utara dulu banyak menggunakan pupuk ini.
 Kalium nitrat (Niter)
Selain mengandung unsur K juga mengandung unsur N. Kadar K2O cukup tinggi 44% dan kadar N sekitar 13%. Pupuk ini kurang penting dan tidak banyak digunakan. Tanaman yang banyak menggunkan pupuk ini ialah tanaman tembakau, kapas. Niter merupakan pupuk majemuk dengan grade fertil­izer 13-0-44.  
®    Gamal (Gliricidia sepium)
Gamal dalam taksonomi tumbuhan termasuk famili Fabaceae (Papilionoideae) yaitu salah satu jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan sifat tanah khusus. (Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006). Gamal adalah pribumi di kawasan Pantai Pasifik Amerika Tengah yang bermusim kering. Gamal diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900 untuk digunakan sebagai tanaman pelindung pada areal perkebunan di daerah Medan (Harian Umum Suara Karya, 19 Mei 1992 dalam Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006). Ciri umum Gamal adalah daun menyirip, dengan bentuk daun oval runcing yang agak lebar, dan bunganya cukup indah berwarna ungu keputihan. Tanaman Gamal tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-1300 meter dari permukaan laut dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 10 meter (Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 110/92, 1992).
Tanaman Gamal (Gliricidia sepium) merupakan salah satu jenis leguminoceae yang cukup berpotensi untuk menjawab permasalahan ini. Gamal memiliki keunggulan dibandingkan jenis leguminoceae lain, utamanya yang berbentuk pohon seperti 1) dapat dengan mudah dibudidayakan; 2) pertumbuhannya cepat; 3) produksi biomassanya tinggi; serta 4) berpotensi sebagai tanaman konservasi khususnya dalam sistem budidaya lorong (alley cropping).
®    Jerami
Jerami padi dapat dijadikan sebagai sumber hara makro tanaman. Pada tingkat hasil 5 ton/ha dihasilkan 2 ton C/ha yang secara tidak langsung merupakan sumber hara N. Kandungan hara jerami padi saat panen bergantung pada kesuburan tanah, kualitas dan kuantitas air irigasi, jumlah pupuk yang diberikan, kultívar, dan musim/iklim. Wen (1984) menyebutkan bahwa jerami padi di Cina mengandung 0,6% N; 0,09% P; dan 1,08% K; sedangkan Ponnamperuma (1984) melaporkan kandungan hara jerami dari berbagai negara berkisar antara 0,38-1,01% N, 0,01-0,12% P; 1,0-3,0% K; dan 2,5-7,0% Si dengan rata-rata 0,57% N; 0,07% P; 1,5% K; dan 3,0% Si.
Di Indonesia rata-rata kadar hara jerami padi adalah 0,4% N; 0,02% P; 1,4% K; dan 5,6% Si. Untuk seuap 1 ton gabah (GKG) dari pertanaman padi dihasilkan pula 1,5 ton jerami yang mengandung 9 kg N, 2 kg P, 25 kg K, 2 kg S, 70 kg Si, 6 kg Ca, dan 2 kg Mg. Apabila konsentrasi hara tersebut mewakili nilai rata-rata jerami, maka produksi jerami di Indonesia sebesar 78 juta ton/tahun setara dengan 468.000 ton N (setara 1,04 juta ton urea), 78.000 ton P (setara 0.5 juta ton SP36), 1,17 juta ton K (setara 1,95 jula ton KCl), 78.000 ton S, dan 3,9 juta ton Si. Jumlah hara potensial yang berasal dari jerami sisa panen tersebut sangat besar, namun pemrosesannya sulit, petani belum memiliki metode yang menguntungkan.Sebagai bahan pupuk, jerami padi tidak efektif dan tidak efisien bila diandalkan sebagai sumber hara N dan P tetapi cukup efektif sebagai sumber K, SI, dan C.Sumbangan hara dari jerami padi ke tanah bergantung pada bobot, komposisi hara jerami, pengelolaan, dan rejim air tanah (Ponnamperuma 1984). Bobot biomas jerami juga bergantung pada rejim air, musim, kultivar, kesuburan tanah, dan nisbah gabah/jerami. Jumlah jerami padi gogo, misalnya, jauh lebih rendah dibandingkan jerami padi sawah irigasi, yaitu 2 ton/ha dari pertanaman padi gogo dan 4,9 ton/ha dari pertanaman padi sawah.
Penggunaan 5 ton bahan organik/ha berupa jerami padi, Sesbania rostrata, Azolla pirinola, atau pupuk kandang pada tanah Aluvial Kepanjen Malang dan Banyuwangi dengan tipe iklim masing-masing C3 dan 1)2 dapat menggantikan pupuk N anorganik sebanyak 45 kg N/ha pada tanaman padi sawah. Dengan kata lain jerami padi di tempat tersebut mengandung 0,9% N (Isgianto et al. 1992). JuHardi dan Suprihatno (1995) melaporkan bahwa bahan organik berupa sesbania, jerami padi, azolla, dan pupuk kandang dari kotoran domba, masing-masing diberikan sebanyak 5 ton/ ha yang dikombinasikan dengan pupuk urea dengan takaran 0,45, dan 90 kg N/ha meningkatkan kandungan N-total, C-organik, IMersedia, dan K-dd tanah, pada MK 1992 maupun MH 1992/93.

b)     Aplikasi Pemupukan
Pupuk dan pemupukan bukanlah hal yang asing bagi petani kita. Maklum saja, dalam pertanian modern, pemupukan tanaman sudah menjadi suatu keharusan untuk menunjang keberhasilan budi daya tanaman. Namun, agar tujuan pemupukan itu tercapai, maka pupuk harus diaplikasikan secara tepat. Misalnya saja pemupukan yang ditebarkan langsung ke permukaan tanah. Cara pemupukan yang satu ini bisa dibilang yang paling sering dilakukan oleh para petani kita.Umumnya, pemupukan dengan cara ditebarkan langsung ke permukaan tanah bisa diterapkan pada tanaman dengan jarak tanam rapat, pupuk dasar di perkebunan, atau di tanah bedengan. Bisa juga pemupukan dilakukan pada tanaman yang sudah tumbuh (side dress) atau langsung ditebarkan ke tanaman (top dress). Biasanya, pemupukan dilakukan pada tanaman muda.
Agar pupuk tidak terbuang percuma, sebaiknya tanah diolah terlebih dahulu sebelum dilakukan dilakukan pemupukan. Terutama untuk jenis pupuk yang bersifat higroskopis seperti urea, ZA, KCI, dan NPK. Karena itu, pemberian pupuk pada tanaman yang sudah tumbuh dilakukan pada saat penyiangan gulma. Hal ini berguna agar pupuk tertimbun di dalam tanah.Meskipun demikian, pemupukan dengan cara ini juga memiliki kelemahan, yakni penggunaan pupuk lebih boros. Selain itu, pupuk juga sulit mencapai daerah perakaran tanaman karena hanya bisa mencapai permukaannya saja.

c)      Tanaman Jagung
Klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom         :          Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio             :           Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio      :           Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis             :           Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo                :           Graminae (rumput-rumputan)
Familia             :           Graminaceae
Genus              :           Zea
Species            :           Zea mays L.
Morfologi  Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m, meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.  Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun
jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.  Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.  Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.  Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.





















III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum pupuk dan pemupukan dilaksanakan setiap hari Jumat pukul 16.00-18.00, terhitung mulai tanggal 7 Februari 2010 dan berakhir pada tanggal 6 Mei 2010.
Adapun tempat pelaksanaan praktikum pupuk dan pemupukan adalah pada lahan percobaan Jurusan Ilmu Tanah, Fahultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.

B.     Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pupuk dan pemupukan adalah
o   Parang dan sabit digunakan untuk membabat gulma dan rumput-rumput liar dan mencacah daun gamal dan jerami
o   Linggis, sekop, dan cangkul digunakan untuk mengolah tanah atau meratakan tanah
o   Polybag digunakan sebagai tempat atau wadah tumbuhnya tanaman
o   Ember digunakan untuk mengangkut air
o   Penggaris, alat tulis menulis digunakan untuk mengamati
Bahan-bahan yang digunakan adalah
·         Tanah dan pupuk kandang sebagai media tanam
·         Benih jagung hibrida
·         Pupuk kandang
·         Pupuk kimia antara lain NPK, Urea, TSP, dan KCl
·         Jerami padi
·         Daun gamal
·         Air



C. Metode Praktikum
            Percobaan pupuk dan pemupukan menggunakan rancangan acak kelompok, dengan sepuluh perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah Kontrol, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pupuk NP, pupuk NK, pupuk PK, pupuk NPK, pupuk jerami, dan pupuk daun gamal. Contoh tanah alfisol sebanyak 1 kg kering udara digunakan untuk tiap perlakuan. Tanah-tanah yang akan diberi berbagai perlakuan ditempatkan dalam polybag. Varietas jagung yang digunakan adalah varietas jagung hibrida. Lahan tempat percobaan dibersihkan dari gulma-gulma dan tanaman pengganggu lainnya kemudian diratakan. Pemupukan dilakukan saat tanam dengan dosis N ...gr/polybag, P ...gr/polybag, dan K ...gr/polybag, jerami ...gr/polibag, dan gamal ...gr/polibag sebagai pupuk dasar. Pemupukan kedua dilaksanakan pada umur ...hst dengan dosis N ...gr/polybag, P ...gr/polybag, dan K ...gr/polybag, jerami ...gr/polibag, dan gamal ...gr/polibag sebagai pupuk susulan. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut dengan tangan. Dilakukan penyiraman setiap hari kecuali kalau turun hujan.

D. Parameter Pengamatan
1. Pertumbuhan Tanaman
a)      Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diamati sebelum panen, setelah benih jagung mulai tumbuh dan diamati mulai pada hari ke 7 atau minggu pertama setelah penanaman. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang bawah sampai ujung batang paling atas atau daun terakhir/pucuk.
b) Jumlah daun
Sama halnya dengan tinggi tanaman jumlah daun juga diamati sebelum panen dimulai pada minggu pertama sampai minggu ketujuh. Jumlah adun dihitung mulai dari buku batang paling bawah sampai pada daun yang telah terbuka sempurna pada bagian atas dekat dengan pucuk.


c) Berat segar
Pada saat pertumbuhan tanaman jagung mencapai umur sekitar ... hari setelah tanam atau pada minggu ke.... dilakukan pemanenen. Tanaman jagung dipanen dengan menganbil brangkasan jagung bagian atas tanah artinya akar tidak disertakan. Batang paling bawah dipotong dengan menggunakan pisau yang tajam. Brangkasan jagung kemudian ditimbang berat segarnya dengan menggunakan timbangan abalitik.
2. Gejala Fisiologis Tanaman
       Pengamatan gejala fisiologis tanaman juga dilakukan untuk mengetahui apa pengaruh berbagai jenis perlakuan pupuk pada tiap-tiap tanaman. Gejala yang diamati dapat terlihat jelas pada tinggi tanamannya, jumlah daun, kesuburannya, besar atau tidaknya dan yang paling menonjol adalah warna daunnya.


















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengukuran Tiap Minggu
Perlakuan
Minggu
M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9
Kontrol









N









P









K









NP









NK









PK









NPK









Jerami









Gamal